Sabtu, 31 Desember 2011

Halo Selamat Malam

Selamat malam
Terlontar dari kataku
Menyapa angkasa luas
Yang sedang menangis dan merintih

Selamat malam
Termuntah dari lidahku
Menyambut kelelewar hitam
Yang tertawa menyeringai

Selamat malam
Terluncur dari tuturku
Berbincang dengan cermin
Yang membisu seribu bahasa

Selamat malam
Terbisik dari bibirku
Menyapa juwita hati
Yang berkutat di imajinasi

Selamat malam
Malam temaram berbintang
Teruntuk yang tersayang

Selamat malam
malam kelam nan malang
teruntuk daku seorang

Asap Bersayap

Dalam suka terdapat hampa
Dalam duka terselip tawa
Laku penuh liku haru
Berhias sinar muda kian sirna

Anggur merah limpah ruah
Tak kuasa tiada daya
Gelas berserak
Melarat hasrat
Untuk sekedar menenggak

Tapal batas asa berapi
Bersisa asap gemulai
Meliuk memeluk mahameru
Menghadap persemayaman biru

Tabur bunga bidadari
Semerbak mewangi
Menyeruak merusak imaji
Terbuai kini
Hingga kelak nanti
Kepul asap berpagut bumi

Onny Ksatria Pratidina
Madiun, 31 Desember 2011

Senin, 19 Desember 2011

Gaung Burung Menggulung

Alkisah, ada seekor anak burung yang mendapat mandat dari ibundanya untuk segera belajar terbang, seperti apa yang telah dilakukan oleh rekan-rekan sejawat si anak burung tadi. Akan tetapi sang anak burung tadi sepertinya tidak mempunyai keberanian yang cukup untuk melaksanakan titah sang bunda. Dengan berpuluh alasan yang telah diracik sedemikian rupa, muncullah skema-skema mutakhir dari si burung kecil yang telah terlukis dalam benaknya. Senyuman miring yang tidak keren tersungging di wajahnya, setelah ia merasa rencananya akan mendulang kesuksesan besar.

Dengan penuh percaya diri, dimulailah rencananya yang super duper moncer tadi. Satu kali berhasil, dua kali rencana sukses, ketiga kali, sukses berat, empat kali nyaris gagal, tapi berakhir dengan keberhasilan. Hingga pada pelaksanaan skema ke-89, nasib naas mulai menghinggap. Skema dasyatnya perlahan menemui jalan buntu. Induk burung kecil tadi tampak mulai bosan dengan tingkah laku buah hatinya yang selalu berkelit ketika diminta untuk mencoba mengepakkan kedua sayapnya di angkasa.

Dan pada suatu ketika, bunda dari burung kecil mulai angkat bicara. Dengan penuh kesabaran dan penuh kasih, nasihat bijak terlontar dari lidah si ibu. Kira-kira seperti inilah nasihat ibunda burung kepada puteranya yang tersayang.

" Wahai anakku, kenapa hingga detik ini engkau belum jua mencoba mengembangkan sayap-sayap kecilmu di lautan awan ini ? Adakah hal yang kau risaukan ? Apakah ananda takut terjerembab jatuh ke dunia nun jauh di bawah sana ? Apa kau khawatir jikalau kedua sayapmu tak kuasa menopang ragamu saat kau mengangkasa ? Oh puteraku, buanglah pemikiran tersebut ke dalam palung samudera, maka ombak di lautan akan menyambar ketakutan dan kekhawatiranmu, dan kemudian menghempaskannya ke peraduan batu karang yang cadas. Ingatlah nak, engkau adalah rajawali kecil yang kelak akan menjadi penguasa perkasa di angkasa raya. Sudah menjadi kodratmu untuk selalu mengarungi dirgantara, bertengger dari awan terang ke awan mendung, bercengkerama dengan mentari pagi dan terbang melayang menerawang bulan. Angkasa raya yang tehampar di depanmu adalah milikmu. Bentang lebar-lebar sayapmu, gerakkan secara pelahan hingga badai muncul dari kepakkan sayap mungilmu, tengadahkanlah kepalamu nak, Sang Maha Kuasa akan senantiasa manaungi setiap kepak sayapmu. Terbanglah puteraku, terbanglah. Terjanglah anakku, terjang. Kaulah kebanggaan Ibunda nak. Gemparkan semesta dengan kehadiranmu. Terbanglah tinggi buah hatiku, terbanglah, terbaaannnglaaaahh!! "

Seketika pemahaman si burung kecil mulai tersentuh oleh kata-kata sederhana yang diucapkan oleh bundanya. Terkesiaplah hati dan pikirannya, bagai mendapat suntikan moral yang sungguh berharga, ia mulai bertransfomasi dari burung kecil pengecut menjadi penguasa angkasa yang mampu menggetarkan tiga dunia hanya dengan kepakan sayapnya.


# Onny Ksatria Pratidina